Untuk pertama kalinya Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KONI DIY) meluncurkan logo dan maskot Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XIV 2017. Bertemakan ‘Bersinergi Mendulang Prestasi’, KONI DIY memasukkan unsur bangunan Tugu Yogyakarta yang selama ini menjadi ikon dari DIY. Diharapkan hal ini bisa dapat memotivasi seluruh peserta PORDA, sekaligus mensinergikan satu sama lain, khususnya dalam meraih prestasi yang membanggakan bagi daerah masing-masing.
“Bangunan tugu yang menjadi logo PORDA juga diselimuti dengan logo Keraton Yogyakarta yang menjadi identitas keistimewaan DIY pada bagian atas tugu, serta bentuk gunungan wayang kulit pada bagian tengah yang selama ini menjadi sarana hiburan bagi masyarakat khususnya DIY. Wayang kulit ini merupakan seni pertunjukan tradisional yang menunjukkan sinergi antara senimannya. Seperti dalang, sinden, hingga pemusik karawitan,” papar Ketua Bidang (Kabid) Promosi & Marketing Sasongko Iswandaru, SE di sela-sela peluncuran yang dihelat di kantor KONI DIY, pada 6 Juni 2017.
Di samping itu juga diusung beragam warna di dalamnya. Macam merah yang melambangkan semangat, tekad, dan keberanian. Lalu warna hijau yang menunjukkan kealamian, kesegaran, dan kebugaran. Warna kuning yang mencerminkan keistimewaan, murni, dan optimis. Warna oranye yang melambangkan kehangatan, harmoni, dan harapan. Warna biru yang menunjukkan kepercayaan, keseriusan, dan aman. Serta warna putih yang melambangkan suci, bersih, dan netral. Adapun bentuk tulisan yang digunakan yakni impact yang membuat kesan kokoh, kuat, dan tegas, yang kemudian didukung dengan font bold untuk mempertegas dan mengimbangi makna kokoh.
Dalam hal maskot, karakter kuda lumping yang pernah muncul dalam Perang Diponegoro, sengaja dipilih dan diangkat kali ini. Menurut Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga (Kabid PORA) Bantul Sapto Priyono, dahulu itu merupakan salah satu bentuk latihan prajurit. Namun untuk mengelabui Belanda dan penjajah, lantas dikemas menjadi suatu kesenian tari yang dikenal dengan nama kuda lumping. Dan Perang Diponegoro itu sendiri tidak lepas dari markas Pangeran Diponegoro yang berada di Goa Selarong Bantul. Ini yang kemudian menjadi pilihan bagi tuan rumah Bantul untuk mengangkat kembali potensi daerah. Terlebih karakter maskot ini merupakan buah pikiran dari masyarakat yang menang dalam perlombaan maskot beberapa waktu lalu.
“Maskot ini kesannya kuat, tegas, perkasa, ksatria, dan sebagainya, yang diharapkan dapat memberikan motivasi dan semangat kepada atlet yang berlaga di PORDA XIV 2017. Kami berterimakasih maskot kuda lumping bisa diterima,” jelas Sapto.
Sementara itu Ketua Umum KONI DIY dr Hadianto Ismangoen, Sp.A., mengapresiasi kreativitas dari tim KONI DIY, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) maupun masyarakat Bantul, sehingga melahirkan logo dan maskot yang apik. Berharap selain dapat memberikan semangat dan mengembangkan potensi daerah, juga dapat memberikan kelancaran bagi penyelenggaraan PORDA XIV 2017, sekaligus memperoleh atlet berpotensi yang bisa dikirimkan ke PON XX tahun 2020 Papua mendatang. Seperti diketahui, ajang PORDA XIV yang berlangsung pada 29 Juli – 5 Agustus 2017 itu digelar di Kabupaten Bantul. Lebih dari 35 cabang olahraga (cabor) dipertandingkan, dengan nomor pertandingan sekitar 330 jumlahnya.
Foto & Teks : Bidang Media dan Humas KONI DIY