KONI DIY

logo koni

KONI

Daerah Istimewa Yogyakarta

GUBERNUR DIY CANANGKAN TIM PUSLATDA PON XX DIY

GUBERNUR DIY CANANGKAN TIM PUSLATDA PON XX DIY

Yogyakarta (06/2/2020) konidiy.or.id – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X secara resmi mencanangkan Tim Pemusatan Latihan Daerah Pekan Olahraga Nasional (Puslatda PON) XX DIY di Bale Raos Yogyakarta pada Kamis (06/2). Secara simbolis, pencanangan tersebut dilakukan dengan menyerahkan bola voli kepada perwakilan atlet bola voli pantai putri DIY Sari Hartati dan tongkat biliar kepada pelatih billiar DIY Tjahyono Soepriandi, dengan didampingi oleh Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO. 

Dalam Sambutan Pengarahan Pembukaan Puslatda DIY untuk Persiapan PON XX Tahun 2020 di Papua, Ngarsa Dalem menyampaikan bahwa puslatda tersebut untuk mempersiapkan penguasaan teknik, fisik, dan mental menuju sukses PON XX Tahun 2020 di Papua. Dan bagi atlet peraih juara, tentu prestasi menjadi hal yang patut disyukuri karena tidak semua atlet berhasil mencapainya. Untuk mencapai prestasi ini tentu tidak lepas dari latihan yang teratur, ‘ajeg’, dan berkesinambungan selama di puslatda dan perjuangan di arena pertandingan.

“Harapan saya agar puslatda ini dimanfaatkan sebagai bentuk penyadaran akan arti pentingnya sebuah pencapaian prestasi olahraga yang harus melalui pelatihan. Sebab, prestasi olahraga juga menunjukkan tingginya ketahanan dan peradaban bangsa. Karena selalu berusaha untuk lebih berprestasi dalam semua aspek kehidupan bangsa,” ujar Ngarsa Dalem kepada audiens.

Lebih lanjut dijelaskan, puslatda ini digelar dengan target untuk meraih peringkat yang lebih baik dibandingkan PON XIX 2016 Jawa Barat lalu. Dengan harapan, atlet yang digodok dapat mencapai prestasi puncak saat PON XX Papua tiba. Jika setelah monitoring dan evaluasi dinilai memenuhi syarat, mereka berhak menjadi anggota Kontingen DIY untuk PON XX Papua. 

“Setiap atlet pasti menginginkan juara. Untuk itu mereka harus disiplin dalam berlatih dan mengikuti program yang diberikan pelatih. Usaha yang dibarengi semangat akan melengkapi persiapan tanding. Yang terpenting haruslah berawal dari niat kuat atletnya sendiri,” jelasnya.

Dikemukakan, sukses atlet memang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik fisik, teknik, maupun mental. Tapi terkadang keberhasilan itu ditentukan dan dimulai dari motivasi diri yang membara. Beliau pun mencontohkan kisah perenang peraih emas Olimpiade Beijing 2008 Michael Phelps yang menjadi pemegang rekor pengumpul medali terbanyak Olimpiade sepanjang masa, petinju Kevin Mc Bride yang menghabiskan hampir 75 persen waktu berlatihnya dengan latihan mental hingga mampu mengalahkan Mike Tyson, dan pesenam Amerika Mary Lou Retton yang tak kenal menyerah dalam meraih prestasi 5 medali emas Summer Olympic 1984, meski terlahir dengan diplasia pinggul dan harus menjalani operasi lutut sebelum Olimpiade 1984. Itulah motivasi terbesar yang seharusnya dimiliki oleh setiap atlet, bekerja tanpa batas untuk mencapai prestasi tertinggi. 

Adapun Rusia pada tahun 1980 dalam menghadapi Olimpiade Moscow dan Lake Placid, membagi atlet dalam 4 kelompok. Kelompok pertama diberikan 100 persen menu latihan fisik, sementara grup kedua dengan menu latihan fisik 75 persen dan mental 25 persen. Kelompok ketiga dengan menu latihan fisik 50 persen dan mental 50 persen, dan kelompok keempat mendapatkan menu latihan mental 75 persen dan fisik 25 persen. Hasilnya cukup mengejutkan, hampir semua perolehan medali adalah dari kelompok keempat.      

Menurut beberapa ahli, kombinasi teknik-teknik visualisasi dengan ‘mental coaching’ dan ‘modelling excellence’ sangat manjur dalam ‘mental rehearsal’, baik untuk penguasaan teknik baru, imaginasi kinestetik, simulasi pertandingan dan visualisasi keberhasilan. Dalam kaitan itu, Ngarsa Dalem menilai bahwa seharusnya puslatda atlet didahului dengan pelatihan pelatih, agar pelatih juga naik kelas setara ke level dunia. Sehingga apa yang diarahkan oleh pelatih mendapat respon positif dari para atletnya.

Vrijens tahun 2001 menulis buku berjudul Basis bagi Pelatih yang Bertanggungjawab mengingatkan bahwa berhasil atau gagalnya atlet sepenuhnya merupakan tanggung jawab pelatih. Rasanya kurang patut kalau kegagalan ditimpakan kepada atlet. Dr. Sherwyn Woods mengenai pelatih juga mengatakan, bahwa bagi atlet, pelatih adalah model potensial. Karena ia melambangkan kekuatan, kompetensi, dan kejantanan yang sulit dicapai oleh para atlet. Pesannya kepada para atlet, anda tidak dapat mencapai jika anda tidak percaya bisa mencapainya.  

Prof. Sudjoko menyatakan bahwa pelatih boleh tahu banyak mengenai olahraga, tapi dari satu olahraga yang ditanganinya, dia mesti tahu segala teknik, taktik, mental, peralatan, peraturan program latihan, teori, metodologi latihan dan semuanya. Gauron pada tahun 1993 menyebutkan tujuh sasaran program latihan mental. Yaitu mengontrol perhatian, agar atlet mampu berkonsentrasi penuh pada titik tertentu, atau sesuatu yang harus dilakukan. Mengontrol emosi, agar atlet sanggup menguasai perasaan marah, benci, cemas, takut, sehingga bisa menguasai ketegangan dan mampu beraktivitas dengan tenang.

Mengontrol energi, agar atlet sanggup untuk pulih secara psikis. ‘Body awareness’, atlet memiliki pemahaman akan keadaan tubuhnya sehingga mampu mengendalikan ketegangan dalam dirinya. Mengembangkan rasa percaya diri, lalu membuat perencanaan bawah sadar atau ‘mental imagery’, yaitu atlet mampu membuat perencanaan taktik permainan sebelum pertandingan berlangsung. Restrukturisasi pemikiran, yaitu atlet mampu mengubah pemikiran awal menjadi yang lebih positif. 

Berdasarkan kebutuhan lapangan akan ‘mental training’ yang aplikatif, maka pembinaan mental atlet dalam menghadapi pertandingan minimal ada tiga teknik latihan mental yang dapat dikembangkan. Yaitu latihan pemusatan perhatian, relaksasi, dan ‘mental imagery’, Ketiga jenis teknik mental tersebut perlu memperoleh perhatian khusus dari pelatih untuk dapat meningkatkan performa terbaik atlet-atlet binaannya.   

Dalam kesempatan tersebut, Ngarsa Dalem juga berpesan bahwa semua orang akan melakukan apapun bagi kita, bila kita pun memperlakukannya dengan penuh hormat, penting, dan berharga. Kritik sering menghancurkan harapan perbaikan. Prestasi selalu mendorong orang lain untuk melakukan yang lebih baik. Yang menjadi pertanyaan, adakah kritik yang membangun. Beliau menilai tentu ada, tetapi yang pasti ada adalah penghargaan yang membangun. Dirinya berharap, momentum pencanangan ini menggugah semuanya supaya lebih pandai menyuarakan penghormatan atas prestasi.

“Dengan pesan dan harapan seperti itulah, seraya mengucapkan ‘Bismillahirahmanirahim, dengan ini saya canangkan peresmian Puslatda DIY untuk persiapan PON XX Tahun 2020 di Papua nanti. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga Puslatda ini dapat memenuhi tekad atletnya. 20 emas bisa, prestasimu adalah harga dirimu,” tegas Ngarsa Dalem.

Ketua Umum KONI DIY Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO., menguraikan, untuk mempersiapkan Kontingen DIY menuju PON XX Tahun 2020 Papua, pihaknya melaksanakan Puslatda PON yang diikuti oleh 141 atlet dan 54 pelatih dari 19 cabang olahraga (cabor) / 24 subcabor, yang sebelumnya telah lolos Babak Kualifikasi Pra-PON dan sesuai kriteria KONI DIY. Program Puslatda PON ini dimulai pada Januari hingga Oktober 2020, dan menjadi kelanjutan dari Puslatda Pra-PON yang telah dilaksanakan sejak September 2017 lalu.

“Puslatda ini akan ditangani secara intensif oleh Satgas Puslatda PON DIY dengan sejumlah program,” kata Prof. Djoko.

Meliputi ‘High Performance Training Program’ (HIPOP) yakni dengan latihan intensif minimal 14 jam per minggu atau setara dengan 6 kali per minggu, dan masing-masing durasi 2 jam 18 menit. Kemudian tes kesehatan, fisik, dan psikologis, pembentukan ‘team building’, ‘try out’, ‘training camp’, layanan klinik seperti terapi fisik, kesehatan, psikologis, bimtek bagi pelatih, hingga monitoring dan pendampingan terhadap latihan, nutrisi, dan pengawasan doping.

“Sehubungan dengan berat dan sulitnya PON Papua, maka DIY hanya akan menyiapkan dan memberangkatkan kontingen ramping dengan jumlah relatif kecil yang memiliki kekuatan tangguh. Kepada seluruh kontingen, pelatih dan atlet, waktu tinggal 9 bulan, mari kita siapkan tim yang tangguh dengan latihan keras dan disiplin tinggi untuk memenuhi harapan seluruh masyarakat DIY, yakni sukses dan berjaya di PON Papua,” imbuh dia.

Adapun ke-141 atlet dan 54 pelatih tersebut mendapatkan uang pembinaan Puslatda PON XX Tahun 2020 yang dibebankan pada anggaran KONI DIY, dengan besaran Rp. 4 juta per bulan untuk atlet dan pelatih level I, serta Rp. 3 juta per bulan untuk atlet dan pelatih level II. Hal ini sesuai yang tercantum dalam Surat Keputusan (SK) KONI DIY Nomor 04 Tahun 2020 tentang Pemberian Uang Pembinaan kepada Atlet dan Pelatih Pemusatan Latihan Daerah Pekan Olahraga Nasional XX Papua Tahun 2020 tertanggal 27 Januari 2020 dan ditandatangani oleh Ketua Umum KONI DIY Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO.         

Turut hadir pula Dewan Kehormatan KONI DIY GBPH H.Prabukusumo, S.Psi., Danrem, Danlanud, Kapolda, dan Kajati DIY, yang merupakan Dewan Penyantun KONI DIY, Kepala BPKA DIY, Kepala Disdikpora DIY, Kepala BPO Disdikpora DIY, Ketua Umum KONI Kabupaten/Kota se-DIY, Ketua Umum Pengda Cabor, para atlet, pelatih, dan Satgas Puslatda PON XX DIY, pihak sponsor Natasha dan Hamzah Batik, mitra media, dan jajaran Pengurus KONI DIY dalam kegiatan pencanangan tersebut.


Foto & Teks : Bidang Mobilisasi Sumber Daya, Promosi, Media dan Humas KONI DIY 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top