Yogyakarta (17/6/2020) konidiy.or.id – Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (KONI DIY) Prof. Dr. Djoko Pekik Irianto, M.Kes., AIFO., menilai pentingnya materi ‘mental training’ supaya dapat diberikan kepada para atlet di tengah pandemi Covid-19 guna menuju sukses Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Tahun 2021 mendatang.
“Kita sudah mengalami latihan di rumah selama masa pandemi ini kurang lebih 2 bulan. Mau tidak mau para atlet dilanda kebosanan dan itu harus diatasi. Sehingga tidak menjadi suatu kondisi yang mereka harus turun skill condition-nya itu, oleh karena dia harus latihan di rumah saja,” ujar Prof. Djoko seusai membuka kegiatan Webinar Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) KONI DIY dengan koordinasi Bidang Litbang & Iptekor di kantor setempat pada Rabu (17/6).
Dengan mengambil tema ‘Mengatasi Problema Psikologi Di Era Pandemi dan Kesiapan Memasuki New Normal Di Puslatda PON DIY’, diharapkan berbagai tips maupun trik yang disampaikan oleh para narasumber dapat digunakan oleh para atlet maupun pelatih Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) PON XX DIY yang menjadi peserta webinar, untuk mengatasi problem psikologi sehingga mampu membangkitkan semangat kembali, guna mempersiapkan diri menuju PON XX Tahun 2021 di Papua. Walaupun penyelenggaraannya mundur satu tahun, dari semula akan diadakan pada Oktober-November 2020 ini menjadi tahun 2021 karena pandemi Covid-19.
“Kesiapan atlet dan pelatih luar biasa dalam kondisi pandemi (Covid-19). Banyak yang sudah tidak sabar lagi turun ke lapangan untuk berlatih secara normal. Tentu kami berpesan supaya tahan dulu (hingga masa tanggap darurat berakhir),” jelasnya.
Dalam kegiatan webinar tersebut, tiga narasumber turut dihadirkan oleh KONI DIY. Yakni Pelatih Cabor Kempo Puslatda KONI DIY Dr. Agung Wibowo, mantan atlet nasional berprestasi asal DIY Lia Karina Mansur, S.Pd., M.Pd., dan Psikolog sekaligus Dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Drs. Haryanto, M.Si. Dalam pemaparannya, disampaikan oleh psikolog yang akrab disapa dengan Aa’ Sentot, bahwa setiap manusia pastinya memiliki masalah. Sebab bila manusia tidak memiliki masalah maka justru bisa kehilangan ‘sisi kemanusiaannya’. Dari adanya masalah atau tantangan ini justru dapat membentuk manusia yang utuh, tangguh, dan tahan banting. Dengan demikian siap menghadapi tantangan dalam bentuk apapun atau masuk dalam varietas unggul tahan banting (vutb).
Perihal adanya virus Covid-19, juga tidak lepas dari suatu masalah. Menurutnya, Allah SWT ingin memformat ulang seluruh tatanan kehidupan makhluk di bumi. Yang tentu tidak dapat dipungkiri berdampak pada semua hal. Tidak terkecuali psikologi manusia, di samping yang utama yakni kesehatan manusia. Yang kemudian dapat menimbulkan rasa takut, cemas, bingung, galau, marah, bosan, stres, dan lainnya. Berdasarkan data dari China/WHO, hal tersebut juga menyebabkan adanya kasus kekerasan dalam rumah tangga, angka perceraian, kriminalitas meningkat, hingga kasus bunuh diri.
“Tentu para pengurus, pelatih, dan atlet yang lebih tahu, kira-kira kemudian dampaknya dalam bidang olahraga seperti apa. Di sisi lain kita akan menghadapi new normal, tentu yang seperti apa,” urai Haryanto.
Kemudian untuk mengatasi hal ini, lanjut dia, tentu yang pertama menanamkan ‘mindset positive thinking’, ‘positive psychology’ atau selalu berpikir, bersikap dan bertindak positif. Kedua, selalu fokus pada satu titik. Misal saat melakukan kegiatan latihan puslatda. Ketiga, selalu sikapi informasi dengan bijak. Sebab salah satu dari sumber stres adalah menerima informasi yang belum tentu benar. Maka hendaknya saring sebelum sharing dan mengurangi hal demikian. Termasuk di dalamnya tontonan video, televisi, hingga media sosial.
Dalam hal mengatasi kebosanan, Aa’ Sentot juga mengimbau kepada atlet dan pelatih untuk selalu kembangkan sikap dan berpikir inovasi serta kreatif atau ‘out of the box thinking’. Dirinya juga mendorong baik pelatih maupun atlet untuk selalu dapat berkomunikasi dan diskusi satu sama lain. Kemudian untuk mempertahankan semangat dan daya juang, atlet dan pelatih juga harus bekerja keras dan tekun berlatih. Namun demikian, dilakukan secara proporsional dan tidak ‘over confidence’ atau berlebihan.
“Manajemen stres juga perlu dikembangkan, karena salah imbas dari kegiatan di rumah saja atau pengunduran jadwal PON, dan lainnya. Dengan mengendalikan pikiran, karena emosi sering menyebabkan stres. Ini bisa berakibat ke perasaan, pikiran, dan perilaku,” urainya.
Misal tidak bisa tidur, gangguan makan, semangat menurun, pikiran buntu, emosi meningkat, dan sebagainya. Sehingga perlu ada keseimbangan atau selingan kegiatan atau relaksasi. Misal dengan meditasi, yoga, pijat, mendengarkan musik, mengembangkan hobi, dan lain-lain. Di sisi lain, pelaku olahraga juga hendaknya tidak malu, sungkan, atau takut untuk melakukan konsultasi dengan para ahli seperti dokter, psikiater, psikolog, dan lainnya, terlebih untuk masalah kejiwaan. Serta selalu manfaatkan lingkungan untuk konsultasi. Semisal dengan pelatih, pembina, pengurus, dan orang tua.
Dirinya pun mengimbau kepada atlet dan pelatih untuk selalu berhati-hati dengan konsumsi obat, suplemen, hingga penyelesaian masalah dengan supranatural. Hendaknya hal ini dikonsultasikan dengan ahlinya. Dan dengan pendekatan spiritual, diharapkan dapat menjadi pendukung untuk mengatasi berbagai masalah, sebagai pemacu dan pemicu untuk berprestasi.
Sementara itu Lia Karina Mansur, S.Pd., M.Pd., dalam kegiatan webinar juga turut menyampaikan berbagai pengalamannya saat aktif menjadi atlet taekwondo. Tidak sedikit cobaan yang dihadapi, baik itu kebosanan dalam berlatih hingga mengalami cedera kaki parah beberapa bulan sebelum bertanding. Menurut peraih medali emas PON XIX 2016 Jawa Barat ini, kunci keberhasilan untuk meraih prestasi yakni menanamkan keyakinan pada diri sendiri, selalu berlatih keras, dan tidak pernah menyerah dalam kondisi apapun. Tak lupa juga selalu berdoa kepada Allah SWT.
Foto & Teks : Bidang Mobilisasi Sumber Daya, Promosi, Media dan Humas KONI DIY