Yogyakarta (25/07/2019) konidiy.or.id – Kecil-kecil cabe rawit, istilah tersebut sangatlah cocok disematkan pada diri atlet muda asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Mutiara Oktarani Nurul Al-Pasha. Bagaimana tidak, di usianya yang terbilang masih muda yakni 12 tahun, Pasha begitu sapaan akrabnya mampu berprestasi di ajang internasional perdananya. Yakni dengan menyabet dua medali sekaligus untuk Kontingen Indonesia cabang olahraga (cabor) atletik dalam 11th ASEAN School Games (ASG) 2019 Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Medali perunggu untuk nomor 1.500 meter (m) putri dan medali perak untuk nomor 3.000 m putri.
“Senang dan bangga, bersyukur sekali meski di putaran ketiga nomor 3.000 meter selisih dengan Vietnam sekian detik. Dan di nomor 1.500 meter kalah di sprint awal, sehingga disalip Vietnam dan Malaysia,” ujar Pasha kepada Bidang Media dan Humas Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) DIY melalui sambungan seluler pada Kamis (25/07/2019).
Prestasi yang telah dicatatkan tersebut, tentu membuat bangga Indonesia terutama DIY. Dan meskipun dalam ajang ASG 2019 Pasha belum berhasil mendapatkan medali emas, dia berharap melalui event itu dapat menambah jam terbang sekaligus pengalaman bagi dirinya. Sehingga ke depan dapat terus mengembangkan kemampuannya dalam berlari, khususnya nomor jarak jauh.
Bakat siswi kelas VII B SMPN 1 Seyegan Sleman ini sebenarnya sudah nampak sejak Sekolah Dasar (SD). Pasha mendapatkan juara satu ketika mengikuti tes fisik untuk cabor bola voli di ajang HUT ke-100 Sleman Sembada. Dari sini dirinya kemudian mendapatkan tawaran untuk mengikuti atletik dan melakoni latih tanding melawan pelajar SMA dari Pengurus Kabupaten Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (Pengkab PASI) Sleman. Secara tak terduga Pasha mampu mengunggulinya. Dan sejak saat itu pemilik berat badan 34 kilogram (kg) serta tinggi badan 153 centimeter ini pun, mulai menekuni cabor atletik sampai sekarang.
“Pak Sukri pernah bilang dengan ikut atletik bisa keliling Indonesia. Akhirnya saya mendalami atletik secara serius sejak kelas IV SD usia 10 tahun sampai sekarang. Terima kasih kepada Pak Sukri, Pak Aris, dan semua anggota PASI Sleman yang sudah membimbing kami,” kata atlet kelahiran Sleman, 11 Oktober 2006 itu.
Sebelum berlaga di ASG 2019, sederet prestasi pernah ditorehkan putri pasangan Sarijo dan Destrijana Pramono ini. Mulai dari juara 1 lari nomor 800 m dan 1.500 m dalam event Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) DIY Tahun 2017. Juara 3 lari nomor 1.500 m dalam Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) Tahun 2017 Kendal. Juara 2 lari nomor 1.500 m dan juara 1 lari nomor 5.000 m dalam Pekan Olahraga Daerah (PORDA) Tahun 2017 Bantul. Juara 1 lari nomor 1.500 m dan 5.000 m dalam POPDA DIY Tahun 2018. Juara 1 lari nomor 800 m dan 1.500 m dalam Kejuaraan Nasional Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (Kejurnas PPLP) Atletik Tahun 2018 Gorontalo. Juara 3 lari nomor 5.000 dalam ajang Lari TNI Marathon Tahun 2018 Lombok. Juara 1 lari nomor 1.500 m dan 5.000 m dalam POPDA DIY Tahun 2019. Hingga Juara 1 lari nomor 1.500 m dan 5.000 m dalam Kejurnas PPLP Atletik Tahun 2019 Bangka Belitung.
“ASG baru pertama ikut, sebelumnya pernah dipanggil untuk 3rd Asian School Cross Country Championship 2017 Hongkong, tapi tidak jadi berangkat karena minimal 12 tahun, saat itu saya masih 10 tahun,” kenangnya.
Namun demikian hal ini tidak mematahkan semangatnya dalam menekuni olahraga atletik. Bahkan karena prestasi-prestasinya tersebut, Pasha kembali mendapatkan panggilan dari Pengurus Besar (PB) PASI untuk memperkuat Kontingen Indonesia dalam ASG 2019. Di sisi lain, pencapaian yang diraihnya lantas tak membuat Pasha berpuas diri. Seusai pertandingan, lulusan SD Muhammadiyah Gendol, Sleman, ini pun mulai kembali menjalani latihan berlari di Stadion Tridadi Sleman sebanyak enam kali dalam seminggu, latihan renang sekali seminggu, dan terus memperbaiki catatan waktunya jelang Tri Lomba Juang DIY Tahun 2019 dan POPNAS Tahun 2019 Papua pada Oktober 2019 mendatang.
Perihal pendidikan, Pasha juga mampu meraih prestasi dengan masuk ranking dalam sepuluh besar. Diakui, hal itu tidaklah mudah terlebih dalam membagi waktu antara latihan dan sekolah. Namun Pasha selalu berupaya mengimbanginya dengan rutin belajar di rumah setiap harinya seusai pulang sekolah dan latihan. Di sisi lain, untuk dapat melaksanakan hal tersebut dirinya juga harus menjaga kebugaran tubuh dengan istirahat yang cukup, dan menjaga pola makan dengan baik.
“Cita-cita ingin jadi tentara yang kerjanya lari seperti Agus Prayogo dan Triyaningsih,” imbuh dia.
Sekretaris Umum Pengurus Daerah (Pengda) Cabor PASI DIY Aris Priyanto mengaku bangga dengan pencapaian prestasi salah satu anak didiknya tersebut. Dia berharap, baik PASI maupun KONI DIY dapat memberikan perhatian yang lebih kepada atlet berbakat ini. Sebab, Pasha ke depan dapat memperkuat kontingen DIY di ajang nasional seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Mengingat karena usia, saat ini Pasha belum dapat mengikuti ajang PON XX Tahun 2020 Papua. Dan pihak sekolah maupun dinas pendidikan terkait juga diharapkan dapat mendukung kegiatannya, mengingat ke depan Pasha akan sering meninggalkan bangku sekolah.
Foto & Teks : Bidang Media dan Humas KONI DIY