Tidak sedikit atlet yang ternyata masih kurang menyadari pentingnya konsumsi air minum atau cairan bagi tubuh. Padahal keberadaannya sangatlah dibutuhkan, terlebih setelah menjalani aktivitas dan latihan olahraga selama seharian. Kondisi demikian tentu menjadi keprihatinan Anggota Bidang Sport Science, Iptek & Litbang KONI DIY Dr. dr. BM. Wara Kushartanti, MS., terlebih setelah menganalisis hasil tes kesehatan atlet Pemusatan Latihan Daerah Komite Olahraga Nasional Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (Puslatda KONI DIY) Level 1 dan 2, yang sebelumnya dilaksanakan di Stadion Atletik dan Sepak Bola Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Minggu (09/12/2018) lalu. Menurutnya, jangan sampai atlet kemudian mengalami kondisi dehidrasi yang parah, karena tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang masuk ke dalam tubuh.
“Dari hasil creatinin yang dapat mengetahui fungsi ginjal, agak prihatin karena banyak yang terlalu tinggi. Padahal normalnya perempuan 0.60 sampai 1.10, laki-laki 0.70 sampai 1.30. Perilaku minum air masih kurang bagus sehingga sebabkan dehidrasi. Meski demikian, secara umum makan dan tingkat keterlatihan mereka bagus dan cukup tinggi, ini dilihat dari kadar hemoglobin. Hanya minum yang kurang,” ujar dr. Wara kepada Bidang Media dan Humas KONI DIY di KONI DIY pada Selasa (18/12/2018).
Di samping itu, kondisi denyut nadi juga menjadi catatan bagi pihaknya. Di mana yang sudah memenuhi standar kurang dari sama dengan 70 kali per menit, baru sebanyak 15 atlet. Di antaranya dari cabang olahraga (cabor) atletik, voli pantai, pencak silat, renang indah, sepatu roda, taekwondo, wushu, renang, balap motor, kempo, dan polo air. Kemudian untuk kadar leukosit yang normal 4-11 ribu/mm3, ada tiga atlet yang memiliki catatan melebihi angka tersebut dan dugaan mengalami infeksi.
Sedangkan untuk kadar SGOT yang normal kurang dari 31 untuk perempuan, dan kurang dari 35 untuk laki-laki, ternyata sebagian besar atlet masih dalam batas minimal. Namun demikian, ada tujuh atlet tercatat melebihi standar, dan menunjukkan bahwa tingkat keterlatihan mereka sudah terlalu tinggi. Begitu pula dengan kadar HB yang dinilai baik semuanya dengan nilai normal perempuan 11-15 gr/dl, laki-laki 13-17 gr/dl. Bahkan ada delapan atlet di atas standar, dan menurutnya hal itu bagus bagi atlet.
Perihal lingkar perut yang memiliki nilai normal kurang dari sama dengan 80 untuk perempuan, dan kurang dari sama dengan 90 untuk laki-laki, ternyata ada dua atlet yang masih memiliki ukuran melebihi tersebut, di antaranya dari cabor biliar dan polo air. Kemudian dalam hal tekanan darah, ada empat atlet yang tercatat memiliki kecenderungan hipertensi yakni dari cabor aeromodelling, biliar, binaraga, dan kempo. Hasil tes kesehatan ini tentu menjadi catatan bagi KONI DIY terutama dalam memantau kondisi kesehatan atlet terkini. Hal ini nantinya juga akan dilaporkan kepada pelatih cabor masing-masing dalam pertemuan yang berlangsung di KONI DIY pada Minggu (23/12/2018), supaya dapat diketahui dan disesuaikan dengan pola pelatihan atlet yang ada.
“Ini menjadi catatan bagi kami, di mana hasilnya menjadi salah satu indikator promosi degradasi atlet, bersama hasil tes fisik dan tes psikologi yang kini masih diolah. Rencana pada Januari 2019 dilakukan promosi degradasi,” imbuh Wakil Ketua Umum II KONI DIY Drs. Rumpis Agus Sudarko, MS.
Caption Foto Ilustrasi : Atlet Puslatda KONI DIY ketika menjalani serangkaian tes fisik di Stadion Atletik dan Sepak Bola UNY pada Minggu (09/12/2018)
Foto & Teks : Bidang Media dan Humas KONI DIY